Pentingnya Pelatihan bagi Guru Menghadapi Kurikulum 2025

Kurikulum 2025 resmi diberlakukan mulai tahun ajaran 2025/2026 sebagai bagian dari transformasi besar sistem pendidikan nasional. Aturan ini ditetapkan melalui Permendikbudristek No. 12 Tahun 2024.
Kurikulum 2025 menggabungkan dua jalur kurikulum, yakni Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka dengan penambahan pendekatan deep learning. Konsep pembelajaran ini mendorong pemahaman yang mendalam serta menekankan pentingnya berpikir kritis dan adaptif dalam menghadapi perubahan zaman.
Penerapan kurikulum ini bukan sekadar perubahan format, melainkan pergeseran paradigma. Literasi digital, coding, dan kecerdasan buatan mulai dikenalkan sejak jenjang dasar sebagai respon terhadap tantangan revolusi industri 4.0.
Tentunya, perubahan besar ini tidak bisa dijalankan tanpa kesiapan tenaga pendidik. Cara meningkatkan kualitas guru tak lagi cukup dengan pendekatan lama. Dibutuhkan pelatihan guru efektif yang terarah dan berkelanjutan agar mereka mampu memahami substansi kurikulum baru serta menguasai teknologi pembelajaran.
Di sinilah pentingnya pengembangan profesional guru yang komprehensif. Sebagai fasilitator, para pendidik harus memahami macam-macam pelatihan peningkatan kualitas guru yang perlu diikuti agar siap menghadapi Kurikulum 2025.
Pentingnya Pelatihan Peningkatan Kualitas Guru
Perubahan paradigma pembelajaran pada Kurikulum 2025 menuntut guru memiliki kompetensi baru. Termasuk dalam pendekatan pedagogis, pemanfaatan teknologi, hingga penguasaan materi yang kontekstual dan relevan dengan masa depan.
Berikut 7 alasan mengapa pelatihan peningkatan kualitas guru sangat penting untuk menghadapi Kurikulum 2025:
1. Menyesuaikan Kompetensi Guru dengan Paradigma Baru
Guru perlu memahami pendekatan deep learning yang menekankan proses belajar aktif, reflektif, dan bermakna. Tanpa pelatihan yang tepat, guru akan kesulitan meninggalkan pola lama yang berorientasi pada hafalan. Pelatihan guru efektif akan membantu guru menguasai strategi pembelajaran berbasis pemecahan masalah dan kolaborasi, yang menjadi inti dari transformasi kurikulum nasional ini.
2. Meningkatkan Penguasaan Teknologi Pendidikan
Pelatihan memungkinkan guru menguasai perangkat digital dan platform pembelajaran interaktif yang kini menjadi bagian penting dari kegiatan belajar mengajar. Dengan pelatihan peningkatan kualitas guru yang terstruktur, mereka dapat memanfaatkan teknologi bukan sekadar sebagai alat bantu, tetapi sebagai medium utama dalam membangun keterlibatan siswa di kelas.
3. Menguatkan Kemampuan Merancang Pembelajaran Kontekstual
Cara meningkatkan kualitas guru antara lain dengan pelatihan merancang skenario belajar yang mengaitkan materi dengan isu sosial, budaya, dan perkembangan teknologi. Hal ini penting untuk membentuk siswa yang cerdas secara akademis, sekaligus solutif dan adaptif terhadap lingkungannya.
4. Membentuk Sikap Profesional dan Tanggap Perubahan
Guru perlu mengembangkan sikap terbuka terhadap pembaruan kebijakan pendidikan. Program pengembangan profesional guru dapat menumbuhkan kepercayaan diri dan kesiapan mental menghadapi dinamika sistem pendidikan. Guru yang terlatih akan menjadi pelaksana kurikulum dan agen perubahan di lingkungan sekolah.
5. Memastikan Keadilan Pembelajaran bagi Semua Siswa
Pelatihan juga mengasah kemampuan guru dalam menerapkan strategi pembelajaran yang inklusif. Kurikulum 2025 menghendaki setiap siswa, termasuk yang berkebutuhan khusus, mendapatkan kesempatan belajar yang setara. Tanpa pelatihan, guru cenderung menggunakan metode satu arah yang tidak efektif bagi kelas yang heterogen.
6. Meningkatkan Kualitas Penilaian dan Umpan Balik
Model evaluasi dalam Kurikulum 2025 menekankan penilaian formatif dan berbasis proyek. Pelatihan memampukan guru menyusun instrumen penilaian yang mengukur kemampuan berpikir kritis dan proses belajar siswa, bukan hanya hasil akhirnya.
7. Menyiapkan Guru untuk Mata Pelajaran Baru Berbasis Teknologi
Dengan dimasukkannya materi coding dan kecerdasan buatan dalam kurikulum, guru dituntut memiliki kompetensi baru yang sebelumnya belum diajarkan secara luas. Pelatihan guru yang difokuskan pada literasi digital dan teknologi terkini membantu guru dalam mengajarkan materi ini secara aplikatif, tanpa mengorbankan substansi pedagogisnya.
Contoh Program Pengembangan Profesional Guru
Perubahan kurikulum seringkali jadi tantangan tersendiri bagi guru di lapangan. Namun di balik tantangan itu, selalu ada ruang untuk tumbuh dan belajar. Program pengembangan profesional guru hadir untuk membantu guru memperbarui cara mengajar dan memahami kebutuhan siswa.
7 Cara meningkatkan kualitas guru antara lain dengan mengikuti macam-macam pelatihan berikut:
1. Peningkatan Kualifikasi Akademik
Program ini memberi kesempatan kepada guru yang belum berkualifikasi S1 untuk menempuh pendidikan formal di LPTK. Tujuannya agar guru memiliki landasan akademik yang kuat sesuai standar nasional. Dengan kualifikasi yang memadai, guru lebih siap menyampaikan materi secara mendalam dan bermakna sesuai tuntutan Kurikulum 2025.
2. Program Sertifikasi dan Penyetaraan
Sertifikasi guru dilakukan melalui uji kompetensi sebagai bukti profesionalisme pendidik. Guru yang tersertifikasi mendapatkan pengakuan resmi dan akses pada tunjangan profesi. Ini memotivasi guru untuk terus meningkatkan kapasitas diri dan menjaga kualitas pengajaran.
3. Pelatihan Berbasis Kompetensi
Pelatihan ini dirancang sesuai kebutuhan riil guru di lapangan, termasuk keterampilan pedagogis dan teknologi. Melalui pendekatan terintegrasi dan berkelanjutan, guru dibekali kemampuan untuk menerapkan pembelajaran kontekstual. Hasilnya, mereka mampu menyesuaikan diri dengan pendekatan deep learning dalam Kurikulum 2025.
4. Supervisi Akademik oleh Kepala Sekolah
Supervisi pendidikan mendorong guru untuk terus reflektif terhadap praktik mengajarnya. Kepala sekolah memberikan masukan dan pendampingan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran. Bimbingan ini membuat guru lebih adaptif dalam memperbaiki strategi mengajar sesuai kebutuhan siswa.
5. Pemberdayaan MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran)
MGMP menjadi forum penting bagi guru sejenis untuk saling belajar dan mengembangkan strategi pengajaran. Melalui diskusi rutin, guru dapat memperbaiki perangkat ajar dan memperkuat evaluasi pembelajaran. Kolaborasi ini menumbuhkan budaya berbagi praktik baik di kalangan guru.
6. Simposium Guru Nasional
Simposium menyediakan ruang aktualisasi bagi guru untuk mempresentasikan inovasi pembelajarannya. Forum ini menumbuhkan semangat kompetitif dan kreatif di kalangan pendidik. Dampaknya, guru terpacu untuk menghadirkan pembelajaran yang relevan dengan tantangan masa depan.
7. Program Digitalisasi Pembelajaran
Banyak pelatihan kini difokuskan pada pemanfaatan teknologi, seperti LMS, AI, dan coding. Guru diajarkan cara menyusun konten digital interaktif dan mengelola kelas daring secara efektif. Kompetensi ini krusial untuk menjawab kebutuhan Kurikulum 2025 yang berbasis literasi digital.
Di balik semangat meningkatkan kualitas guru melalui pelatihan, ada kenyataan bahwa tidak semua guru memiliki akses yang setara untuk berkembang. Guru di daerah terpencil masih menghadapi kendala infrastruktur, keterbatasan internet, hingga minimnya kesempatan mengikuti pelatihan berkualitas.
Padahal, mereka memikul tanggung jawab yang sama besarnya dalam menyukseskan Kurikulum 2025. Oleh karenanya keadilan dalam akses pengembangan kompetensi menjadi kunci agar pelatihan tak hanya menjadi slogan, tetapi benar-benar dirasakan manfaatnya oleh semua guru, tanpa terkecuali.
Lebih dari itu, pelatihan yang baik tidak hanya mengasah keterampilan teknis, tapi juga perlu menyentuh aspek emosional dan semangat pengabdian guru. Mereka adalah manusia yang juga butuh ruang untuk didengar, dihargai, dan diberdayakan.
Saat guru merasa didukung secara utuh, baik dari segi kompetensi maupun kesejahteraan, maka mereka akan mampu mendampingi murid dengan hati yang utuh pula. Di situlah pendidikan akan menemukan maknanya yang paling hakiki, yakni tumbuh bersama dalam semangat belajar sepanjang hayat.
