Cara Membuat Media Ajar yang Menarik dan Interaktif

Artikel04/07/2025
| Bagikan :

Media pembelajaran digital seperti video dan aplikasi belajar interaktif semakin relevan untuk meningkatkan mutu pendidikan di era pesatnya teknologi saat ini. Ada banyak tools guru online yang dapat digunakan untuk membuat video pembelajaran yang menarik maupun media ajar interaktif.

Pertanyaannya, sudahkah para guru mengoptimalkan peran media pembelajaran interaktif untuk memikat siswa sejak awal pelajaran? Tantangan dunia pendidikan hari ini tidak hanya soal capaian nilai, tetapi juga soal bagaimana proses belajar dapat membentuk murid yang aktif, kreatif, dan berpikir kritis. 

Hasil PISA 2022 menunjukkan bahwa hanya 31% siswa Indonesia yang mencapai tingkat kemahiran minimum dalam creative thinking, jauh di bawah rata-rata OECD sebesar 78% (OECD, 2023). Rendahnya capaian ini menunjukkan bahwa pendekatan pengajaran yang bersifat konvensional perlu segera ditinjau ulang.

Media pembelajaran yang menarik terbukti mampu meningkatkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Data dari Rapor Pendidikan 2024 mencatat bahwa peningkatan capaian numerasi dan literasi selama tiga tahun terakhir hingga mencapai 70,03% untuk literasi dan 67,94% untuk numerasi tidak lepas dari perbaikan praktik pembelajaran di kelas. 

murid melihat ke depan kelas

Salah satu faktor kuncinya adalah kemampuan guru dalam merancang pembelajaran yang kontekstual, menarik, dan menyentuh cara belajar siswa masa kini. Ketahui langkah-langkah praktis dan aplikasi yang bisa langsung digunakan untuk membuat media ajar interaktif yang menarik.

1. Kenali Karakteristik Siswa 

Langkah awal yang paling mendasar adalah memahami siapa peserta didik di kelas. Identifikasi usia, latar belakang budaya, serta tingkat literasi digital mereka. Data ini penting agar media yang dibuat benar-benar selaras dengan kebutuhan dan kenyamanan siswa dalam belajar.

Kenali juga gaya belajar siswa, apakah mereka visual, auditori, atau kinestetik. Gaya belajar ini akan menentukan bentuk penyajian materi yang paling efektif. Misalnya penggunaan animasi untuk siswa visual atau aktivitas langsung untuk siswa kinestetik. Dengan mengenali karakteristik ini, guru bisa menyusun media yang lebih inklusif dan responsif terhadap keragaman peserta didik.

Gunakan tools guru online seperti Google Form untuk mengumpulkan data preferensi belajar siswa secara cepat dan sistematis. Hasilnya dapat menjadi dasar pembuatan media ajar yang tepat sasaran. Sehingga mempermudah guru dalam merancang konten yang informatif sekaligus menyenangkan.

2. Padukan Beragam Elemen Multimedia untuk Media Ajar

Menggabungkan teks singkat, ilustrasi, animasi, dan video dapat meningkatkan keterlibatan siswa secara signifikan. Elemen-elemen ini menciptakan pengalaman belajar yang lebih berkesan dan mendorong fokus siswa tetap tinggi sepanjang sesi pembelajaran. Kombinasi ini juga membantu menyampaikan konsep abstrak secara lebih konkret.

Gunakan aplikasi seperti Canva untuk membuat poster visual, infografik, atau slide interaktif. Untuk guru yang ingin membuat video pembelajaran, Powtoon atau Sparkol VideoScribe dapat digunakan. Cukup pilih template, masukkan materi, dan animasikan dengan karakter atau ikon yang relevan.

Pastikan semua elemen visual mendukung pemahaman konsep, bukan sekadar mempercantik tampilan. Untuk menghindari overload, batasi teks dan fokus pada visualisasi yang kuat. Dengan pendekatan ini, media pembelajaran digital akan lebih berfungsi sebagai jembatan pemahaman, bukan sekadar hiburan.

3. Manfaatkan Teknologi Edukasi yang Tepat

Teknologi edukasi bukan hanya soal penggunaan gadget, tetapi juga pemilihan aplikasi yang mendukung tujuan belajar. Aplikasi seperti Genially memungkinkan guru membuat slide interaktif dengan fitur kuis atau tombol navigasi. Sementara Kahoot dan Quizizz cocok untuk menciptakan kuis berbasis kompetisi yang seru dan langsung memberi umpan balik.

Gunakan Wordwall untuk membuat latihan-latihan ringan seperti teka-teki silang atau permainan mencocokkan gambar. Kegiatan ini membuat materi lebih melekat karena siswa secara aktif menyusun kembali informasi yang dipelajari.

Integrasikan materi ke dalam Google Classroom atau Moodle agar siswa bisa mengakses ulang kapan saja. Dengan demikian, media ajar interaktif tidak terbatas pada jam pelajaran di kelas, tetapi meluas menjadi ruang belajar yang fleksibel dan berkelanjutan.

4. Bangun Cerita dalam Setiap Materi

Pendekatan naratif membuat materi lebih bermakna. Alih-alih menyampaikan informasi secara langsung, kemas materi ke dalam bentuk cerita tematik. Misalnya, ajarkan konsep energi melalui kisah petualangan tokoh yang menjelajahi berbagai sumber energi di Indonesia.

Ceritakan melalui gambar, ilustrasi, atau bahkan voice over dengan gaya bercerita. Aplikasi seperti Prezi cocok untuk memvisualisasikan alur cerita yang dinamis. Fitur zoom in-out Prezi membantu menekankan bagian penting dan menjaga alur tetap mengalir seperti kisah yang hidup.

Dengan pendekatan ini, siswa tidak sekadar menghafal informasi, tetapi memahami konteks dan keterkaitannya. Cerita membangun keterlibatan emosional, meningkatkan daya ingat, serta membuka ruang untuk diskusi dan refleksi yang lebih dalam.

5. Libatkan Siswa dalam Proses Pembuatan Media Ajar

Salah satu strategi paling efektif dalam pembelajaran modern adalah melibatkan siswa secara aktif. Ajak mereka membuat konten seperti video pendek, infografis, atau presentasi kelompok sebagai bagian dari tugas belajar.

Berikan panduan dan tools sederhana, seperti Canva untuk desain, Powtoon untuk animasi, dan Google Slides untuk presentasi. Kolaborasi semacam ini tidak hanya membangun tanggung jawab dan rasa memiliki, tetapi juga melatih keterampilan digital dan komunikasi.

Ketika siswa menjadi bagian dari proses pembuatan aplikasi belajar interaktif atau materi digital, mereka lebih terhubung secara emosional dan kognitif dengan konten yang dipelajari. Ini meningkatkan retensi sekaligus memupuk kepercayaan diri mereka dalam mengelola informasi.

guru mengajar di depan kelas-menggunakan media ajar laptop

6. Gunakan Umpan Balik Instan

Salah satu ciri khas media interaktif adalah kemampuannya memberikan feedback langsung. Ini penting untuk mengetahui sejauh mana siswa memahami materi, serta untuk memperbaiki miskonsepsi dengan cepat.

Gunakan fitur quiz real-time di Kahoot, Quizizz, atau Lectora yang langsung menunjukkan jawaban benar dan salah. Guru juga bisa menambahkan penjelasan otomatis setelah setiap soal agar siswa tidak hanya tahu hasil, tapi juga alasan di balik jawabannya.

Feedback instan mendorong pembelajaran reflektif dan mempercepat pemahaman. Guru bisa memanfaatkan hasil kuis untuk menyusun tindak lanjut pembelajaran, baik dalam bentuk penguatan maupun remedial, sesuai dengan kebutuhan siswa.

7. Pastikan Aksesibilitas dan Kemudahan Akses

Media ajar yang baik harus dapat diakses kapan saja dan dari perangkat apa saja. Pastikan materi bisa dibuka melalui ponsel, tablet, dan laptop tanpa perlu aplikasi berat. Gunakan format umum seperti PDF, MP4, atau tautan Google Drive untuk memudahkan akses.

Untuk siswa dengan keterbatasan akses internet, siapkan versi offline atau distribusi via flashdisk. Jika menggunakan Learning Management System seperti Moodle, aktifkan fitur download agar siswa dapat mengunduh materi di awal dan mempelajarinya nanti tanpa koneksi.

Pastikan juga media pembelajaran digital mudah digunakan oleh siswa maupun guru. Hindari navigasi rumit atau tombol yang tidak intuitif. Tujuannya adalah menciptakan lingkungan belajar yang ramah teknologi dan memberdayakan, bukan malah membingungkan.

Membuat media ajar interaktif bukan sekadar soal kreativitas visual, tetapi juga bagian dari upaya strategis untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara menyeluruh. Guru perlu melihat proses ini sebagai investasi pedagogis yang berkelanjutan. 

Penting bagi guru untuk tidak hanya fokus pada tampilan media, tetapi juga secara rutin mengevaluasi efektivitasnya melalui umpan balik siswa, asesmen formatif, dan pengembangan diri berkelanjutan. Langkah ini akan memperkuat peran guru sebagai fasilitator utama dalam menciptakan pembelajaran yang kontekstual di era digital.