9 Tantangan Guru di Era Digital, Bagaimana Solusinya?

Artikel20/11/2024
| Bagikan :

Tantangan guru di era digital tidak main-main. Memang, perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan yang begitu pesat menghadirkan banyak manfaat. Namun di balik segala kemudahan tersebut kita juga harus menghadapi berbagai tantangan.

Penerapan pembelajaran berbasis IT di hampir semua jenjang pendidikan mengharuskan guru untuk adaptif terhadap teknologi. Belum lagi maraknya penggunaan AI di dunia pendidikan yang harus disikapi dengan bijak disertai pengawasan yang proporsional. Oleh karenanya, peningkatan literasi digital guru secara kontinu merupakan suatu keniscayaan.

Penggunaan teknologi di dunia pendidikan sebenarnya bukan hal baru. Di banyak negara, teknologi telah digunakan untuk mendukung pengembangan profesional guru (Continuing Professional Development/CPD). Dalam tinjauan sistematis Hennessy (2022) terhadap 170 studi, ditemukan bahwa berbagai inisiatif berbasis teknologi telah berhasil diterapkan di negara-negara berpenghasilan rendah hingga menengah.

Di Indonesia, pemanfaatan teknologi digital semakin signifikan sejak 2022, terutama melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM). Selain melalui pelatihan formal berjenjang dari pemerintah, guru dapat belajar secara mandiri untuk memahami Kurikulum Merdeka dan berkolaborasi dalam komunitas belajar berbasis digital. 

Survei Kemdikbudristek 2023 menunjukkan 76 persen guru aktif dalam komunitas intra-sekolah, 61 persen dalam komunitas antar-sekolah, dan 79 persen dari mereka terlibat dalam komunitas lintas wilayah melalui PMM. Tidak dapat dipungkiri, teknologi digital ini memungkinkan pertukaran pengetahuan tanpa batas geografis.

Dampak perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan di Indonesia terlihat dari data Asesmen Nasional 2021–2023. Sekolah-sekolah yang mengadopsi Kurikulum Merdeka menunjukkan hasil belajar lebih baik dibanding sekolah dengan Kurikulum 2013. 

Sebagai contoh, peningkatan literasi pada sekolah di daerah tertinggal dengan Kurikulum Merdeka mencapai 7,90 poin. Angka ini jauh di atas sekolah dengan kurikulum lama yang hanya 3,94 poin. Teknologi digital mempermudah guru mengakses materi pembelajaran dan berkontribusi dalam penciptaan solusi kolektif terhadap tantangan di kelas.

Namun, pemanfaatan teknologi digital dalam pendidikan tetap menghadapi tantangan, seperti akses infrastruktur, literasi digital guru, keberlanjutan kolaborasi, dan sebagainya. Diperlukan inisiatif berbasis teknologi yang lebih inklusif bagi guru untuk berkembang profesional di era digital. Hal ini juga untuk mendorong pemerataan mutu pendidikan sampai ke pelosok daerah.

Selengkapnya, berikut macam-macam tantangan guru di era digital. Ketahui juga solusi yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan manfaat pembelajaran berbasis IT dan penggunaan AI di dunia pendidikan.

1. Literasi Digital Guru yang Rendah

Literasi digital guru masih banyak yang belum memadai untuk memanfaatkan teknologi secara optimal. Keterbatasan ini menyebabkan mereka kesulitan menggunakan alat seperti platform pembelajaran daring, aplikasi interaktif, atau alat evaluasi digital. Akibatnya, pembelajaran berbasis IT menjadi kurang efektif dan siswa kehilangan manfaat dari teknologi yang seharusnya mendukung proses belajar.

Perlu adanya peningkatan literasi digital guru melalui pelatihan rutin yang berbasis praktik. Materi pelatihan dapat mencakup penggunaan aplikasi seperti Google Classroom, Canva, atau Quizizz. Selain itu, membangun komunitas guru daring dapat menjadi sarana berbagi pengalaman dan mempercepat adopsi teknologi. Dengan cara ini, guru dapat lebih percaya diri dalam mengintegrasikan teknologi di kelas masing-masing.

2. Distraksi Siswa di Era Digital

Teknologi digital sering membawa tantangan dalam bentuk gangguan, seperti media sosial atau game online. Siswa mudah kehilangan fokus saat menggunakan perangkat untuk belajar, terutama jika tidak ada pengawasan atau alat yang mendukung konsentrasi mereka.

Penggunaan aplikasi manajemen kelas seperti ClassDojo atau Google Workspace dapat membantu guru memantau aktivitas siswa secara real-time. Guru juga bisa merancang aktivitas belajar yang lebih interaktif, seperti kuis menggunakan Kahoot! atau proyek berbasis gamifikasi. Pendekatan ini tidak hanya mengurangi gangguan tetapi juga meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

3. Kesenjangan Akses Teknologi

Tantangan guru di era digital di antaranya yakni kesenjangan akses teknologi. Tidak semua siswa memiliki perangkat atau koneksi internet yang memadai, terutama di daerah terpencil. Sehingga pembelajaran berbasis IT belum dapat diakses secara merata.

Solusinya, sekolah dapat menyediakan ruang komputer yang dijadwalkan untuk siswa yang membutuhkan. Bisa juga bekerja sama dengan komunitas lokal untuk menyediakan perangkat seperti tablet atau laptop. Guru juga dapat mempersiapkan materi pembelajaran dalam format yang dapat diakses tanpa koneksi internet, seperti modul cetak atau file yang bisa diunduh sebelumnya.

4. Penyalahgunaan AI oleh Siswa

Siswa bisa saja menyalahgunakan AI, seperti menggunakan chatbot untuk menyelesaikan tugas tanpa pemahaman mendalam. Hal ini mengurangi proses belajar dan menyebabkan ketergantungan pada teknologi.

Guru perlu memberikan pemahaman kepada siswa tentang penggunaan AI secara etis, termasuk menjelaskan batasan AI dan dampak negatif plagiarisme. Tugas berbasis pemecahan masalah atau diskusi kelompok yang membutuhkan partisipasi aktif siswa dapat mengurangi ketergantungan ini. 

5. Kurangnya Pembaruan Perangkat dan Infrastruktur

Perangkat yang usang dan infrastruktur yang kurang memadai menjadi hambatan dalam memanfaatkan teknologi di kelas. Guru sering kali harus bekerja dengan alat yang lambat atau tidak kompatibel dengan aplikasi terbaru.

Sekolah perlu memprioritaskan anggaran untuk perangkat yang mendukung teknologi pendidikan. Selain itu, guru dapat memilih aplikasi yang lebih ringan dan kompatibel dengan perangkat lama. Memaksimalkan perangkat seadanya dengan pembelajaran berbasis multimedia juga dapat meningkatkan pengalaman belajar siswa.

6. Keamanan dan Privasi Data Siswa

Penggunaan teknologi dalam pembelajaran menimbulkan risiko terhadap keamanan data siswa. Banyak guru belum menyadari pentingnya melindungi informasi pribadi siswa, sehingga sering kali menggunakan platform yang kurang aman.

Platform dengan standar keamanan tinggi, seperti Moodle atau Microsoft Teams, dapat menjadi pilihan utama. Guru juga perlu mendapatkan edukasi tentang pentingnya perlindungan data, seperti enkripsi, penggunaan kata sandi yang kuat, dan tidak membagikan informasi sensitif melalui media daring.

7. Peran Baru Guru sebagai Fasilitator

Di era digital, peran guru bergeser dari penyampai materi menjadi fasilitator yang membantu siswa mengakses dan memanfaatkan teknologi untuk belajar mandiri. Namun, banyak guru merasa kesulitan menjalankan peran ini karena kurangnya keterampilan atau kepercayaan diri.

Pendekatan berbasis proyek dapat membantu guru menjalankan peran sebagai fasilitator. Guru dapat menggunakan platform kolaboratif seperti Padlet atau Trello untuk mendukung siswa dalam menyelesaikan proyek kelompok. Sehingga siswa dapat belajar mandiri sekaligus mendapatkan bimbingan yang diperlukan.

8. Penilaian yang Relevan dengan Era Digital

Penilaian tradisional sering kali tidak mencerminkan kemampuan siswa dalam memanfaatkan teknologi. Guru perlu menyesuaikan metode penilaian agar lebih relevan dengan keterampilan digital siswa.

Menggunakan penilaian berbasis proyek yang melibatkan teknologi, seperti pembuatan video presentasi atau blog interaktif, dapat menjadi alternatif yang efektif. Selain itu, aplikasi seperti Google Forms atau Quizizz dapat membantu guru melakukan penilaian secara cepat dan akurat.

9. Etika Digital dan Keamanan Online

Siswa sering kurang memahami etika digital yang dapat menjadi masalah dalam penggunaan teknologi di kelas. Guru memiliki tanggung jawab untuk mengajarkan etika digital kepada siswa.

Integrasi materi tentang etika digital dalam pelajaran dapat membantu siswa memahami pentingnya menjaga keamanan dan privasi online. Guru juga dapat menggunakan studi kasus nyata untuk membahas dampak perilaku negatif di dunia digital, sehingga siswa lebih memahami pentingnya bertindak secara bertanggung jawab.

Guru di era digital memiliki peran yang semakin kompleks sebagai pendidik, fasilitator, dan penghubung antara siswa dengan teknologi. Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi dalam dunia pendidikan, guru tidak hanya menyampaikan pengetahuan, tetapi juga membekali siswa dengan keterampilan digital dan etika yang relevan dengan zaman. 

Adanya tantangan guru di era digital perlu diatasi dengan kolaborasi antara guru, sekolah, pemerintah, dan masyarakat. Dengan sikap adaptif dan peningkatan literasi digital guru, para pendidik dapat menjadi motor penggerak yang memastikan teknologi mendukung pembelajaran secara efektif.